Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Perang Kedongdong: Gerakan Perlawanan Rakyat Cirebon 1818

Ilustrasi perang, copyright:kebumen2013.com SELAMA ini, kebanyakan masyarakat Cirebon hanya mengetahui adanya Perang Diponegoro (1925-1930), Perang Padri (1803-1838) ataupun perang lainnya yang terjadi di daerah lain. Akan tetapi, jarang orang tahu bahwa rakyat Cirebon pernah melakukan perlawanan terhadap penjajah. Saya pun menelusuri peristiwa bersejarah yang puncaknya terjadi di tahun 1818 itu. Berbekal wawancara dengan beberapa narasumber dan data dari beberapa buku, inilah sekelumit sejarah Perang Kedongdong .  Perlawanan rakyat Cirebon terhadap penjajah terjadi karena Belanda menerapkan peraturan yang sewenang-wenang. Beberapa catatan menyebutkan, pemicu meletusnya perang tersebut adalah karena penangkapan Pangeran Raja Kanoman dan penerapan sistem landrente (pajak tanah) yang menyengsarakan rakyat. Seperti diketahui, pada tahun 1798, Sultan Anom IV wafat. Terjadilah pergolakan tentang penggantinya. Kompeni pun turut campur dalam menentukan penggantinya. Kebany

Gitar Pelog Cirebon

PADA jaman dulu, musik klasik menjadi primadona dan didengarkan semua orang. Musik ini sering disebut musik gamelan karena aneka bebunyiannya keluar dari seperangkat alat musik bernama gamelan. Seiring dengan perjalanan waktu, musik tersebut kehilangan pamor. Meskipun bagi penikmat yang loyal, musik klasik masih berada di hati, akan tetapi sekarang mereka sudah memasuki usia tua. Sementara anak-anak dan cucu-cucu mereka sudah sangat sedikit yang berminat menikmati apalagi memainkan alat musik klasik tersebut. Anak-anak muda sekarang lebih menggemari alat-alat musik modern daripada alat musik tradisional seperti gamelan. Pada akhirnya, musik klasik pun ikut tergerus seiring dengan semakin jarangnya anak muda yang mau dan mampu memainkan alat musik gamelan. Masalah itu ditangkap benar oleh Mahisa Windu Sagara. Putra asli Cirebon tersebut tergerak untuk menjembatani antara musik klasik dan alat musik gitar. Dengan berbekal pengetahuan musik 12 nada ( diatoni

Memahami Ihwal Kelestarian Bahasa Cirebon

Kongres Basa Cerbon II MASIH teringat jelas waktu itu, Rabu 26 Juni 2013, saya berkesempatan mengikuti Kongres II Basa Cerbon di Hotel Prima. Itulah keberuntungan yang diperoleh seorang wartawan, keberuntungan yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Kalau tanpa identitas sebagai wartawan, saya sendiri tidak yakin bisa berkumpul dengan begitu banyak budayawan, intelektual, sejarawan dan pegiat kecirebonan, pegiat segala hal tentang Cirebon. Pada kesempatan tersebut, yang tidak mungkin terlupakan yakni saat saya bisa ngobrol langsung dengan Ajip Rosyidi, budayawan Sunda dan salah seorang intelektual yang dimiliki bangsa ini. Ajip yang sudah berumur 75 tahun tersebut hadir menjadi pembicara dalam acara tersebut. Sementara wartawan koran lokal Cirebon lain sibuk mencari panitia acara dan pejabat yang datang, saya bersama wartawan Kompas, Rini, lebih sudi untuk mewawancarai Ajip. Begitu mengucapkan salam dan dipersilakan duduk di sampingnya (Rini sebelah kan