Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Perubahan Nama Provinsi dan Masalah Kebudayaan Kita

Peta Jawa Barat SEPERTI tak pernah habis, wacana perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan terus bergulir. Sebelumnya saya juga pernah menulis di HU Fajar Cirebon untuk mengomentari wacana yang sama. Saat itu, 9 November 2012, Forum Diskusi “Nyaah Ka Dulur” bekerjasama dengan Dewan Guru Peguron Silat Tajimalela dan Komunitas Mimbar Dhuafa menggelar diskusi “Kajian Manfaat Pergantian Nama Provinsi dengan Nama yang Lebih Nyunda” di Gedung Indonesia Menggugat Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung. Dalam diskusi itu, Seniman Adjie Esa Poetra mengatakan bahwa nama Provinsi Jawa Barat tidak senapas dengan nama komunitas, kebudayaan dan potensi lokal genius masyarakatnya. Menurutnya, nama Jawa Barat sama sekali kurang mencerminkan identitas masyarakatnya. Senada, Dede Mariana, Guru Besar Ilmu Pemerintahan Unpad, mengatakan bahwa pergantian nama provinsi merupakan politik identitas yang di baliknya ada harapan muncul eksistensi, harga diri dan spirit baru.

Namanya Gagak Ngampar

Ilustrasi: kanisiusmedia.com ORANG -orang menyebutnya Gagak Ngampar. Pikirku nama yang aneh. Tapi mungkin lazim di zaman itu menyebut seseorang dengan nama-nama hewan. Seperti nama Hayam Wuruk ataupun patihnya, Gajah Mada; juga Walangsungsang. “ Gagak artine manuk gagak lan ngampar iku maksude menclok ning lema, ndarat ,” kata salah seorang tetua kampung. Namanya Bapa Sutur. Bapa Sutur begitu fasih jika bercerita mengenai asal-usul dan legenda Desa Kertasura. Meskipun penglihatannya terbatas, otaknya seperti alat penyimpanan semacam hardisk. Di dalamnya bersemayam legenda-legenda yang ada di Cirebon pra-Islam berusia ratusan tahun. Cerita yang ditakdirkan untuk menunggu waktu sebelum akhirnya lenyap dimakan usia. Meski beberapa puluh tahun yang lalu Bapa Sutur telah mangkat, tetapi orang-orang di kampung masih meyakini bahwa nenek moyang mereka adalah Gagak Ngampar, seorang petapa. Mereka percaya itu karena terlalu sulit untuk menjelaskan bahwa bisa jadi nenek moyan