Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2016

Ambang Batas Kata

SAYA heran dan ragu terhadap kata ‘ speechless’. Heran karena kata ini marak sekali digunakan terutama oleh anak-anak muda zaman sekarang. Kalau dialihbahasakan kata ini mungkin setara dengan ‘diam tanpa kata’. Begitu marak penggunaannya membuat orang yang belum mengerti artinya mencari-cari di Google maupun mesin perambah lain. Salah satu mesin perambah, Yahoo dengan kanalnya Yahoo Answer membuka ruang tanya jawab tentang arti kata ini. Salah satu akun memberikan jawaban terbaik menurut Yahoo. Dia menjawab pengertian speechless dengan pengertian sebagai berikut:    Speechless itu kehilangan kata-kata, yang bisa dikarenakan berbagai hal seperti gugup, terlalu mengagumi, takut, lupa dan seolah tidak ada kata-kata yang pas untuk diucapkan. Salah satu hal yang pernah membuatku speechless adalah ketika mendapat pernyataan cinta dari orang yang kita sayangi dengan cara yang sangat romantis. ada juga hal buruk yang bikin speechless yaitu lupa kata-kata apa yang harus diuc

Logos tanpa Penghayatan

PADA saat dewa-dewa dan dewi-dewi mitologi Yunani ‘dibunuh’, mitos menjadi logos. Relativisme ekstrem zaman Yunani membawa akibat fatal di bidang politik. Dalam politik waktu itu, tidak berlaku lagi ‘benar’ dan ‘tidak benar’. Hal yang dibutuhkan seorang politikus waktu itu ialah teknik meyakinkan (retorika). Relativisme dan ketidakpastian kebenaran membawa bencana dan kesengsaraan bagi rakyat dan inilah yang dilawan Sokrates, Plato dan Aristoteles. Mereka mengatasi krisis itu dengan membunuh dewa-dewi dalam mitologi Yunani ( entgoetterung ) dan menggubah logos. Tapi kita lupa bahwa pada saat itu pun, mereka tak mencipta logos untuk menghapuskan sama sekali kebenaran mitos.  Kebenaran mitos ada pada penghayatan hidup sementara kebenaran logos lebih teliti, murni namun abstrak dan dingin. Logos tidak boleh lepas dari penghayatan.  Ini sama dengan teks yang tidak boleh lepas dari konteks, tulisan yang tidak boleh lepas dari ujaran, informasi yang tidak boleh lepas dari t

Indahnya Perbedaan

Pluralitas dan Keterbatasan Manusia

SALAH seorang dosen di ISIF dulu pernah menjelaskan tentang pluralisme dengan sangat sederhana namun cerdas. Dia menjelaskan hal itu dari pembuktian bahwa manusia itu niscaya sangat terbatas dalam memahami realitas, baik realitas faktual maupun realitas tekstual. Hari itu, tiba-tiba saja dosen yang lebih banyak diam tersebut menggambar sebuah garis melengkung di papan tulis yang mirip cermin dalam pelajaran Fisika SMA. Sejurus kemudian, dia bertanya pada mahasiswanya. “Apakah garis ini cembung ataukah cekung?” Saya dan beberapa teman lain menjawab cermin cembung, tapi tak sedikit yang menjawab itu adalah gambar cermin cekung. Masing-masing dari kita pun mengutarakan pendapatnya masing-masing dan beberapa lagi memaksakan pendapatnya dengan nada yang lebih tinggi. “Sudah, sudah,” kata sang dosen menengahi. “Ini adalah gambar cermin cembung sekaligus cekung. Dua-duanya benar. Kalau kalian berada di sisi kiri garis ini, kalian akan melihat ini

Cerita Rakyat Sebagai Sejarah yang Tersamarkan

MITOS, legenda dan dongeng dari masa lalu mungkin dapat diambil manfaat bagi kajian sosial kemasyarakatan di masa sekarang. Semua kisah dari masa silam tersebut agaknya bukan semata-mata cerita hampa belaka, sebab bukan tidak mungkin di balik uraian mitos, legenda, dan dongeng tersimpan peristiwa sejarah yang sangat disamarkan atau sengaja disamarkan dengan tujuan tertentu namun tetap layak untuk diingat. Demikian dikatakan oleh seorang arkeolog Agus Aris Munandar dalam buku Mitra Satata: Kajian Asia Tenggara Kuno. Dalam catatannya mengenai Mitos dan Peradaban Bangsa ada langkah menarik yang dilakukan arkeolog asal Indramyu ini. Dia menganalisis mitos, legenda dan dongeng dari seluruh penjuru nusantara, mulai dari Suku Daya Ngaju, Batak, Nias, Sumba, Flores, Minahasa, Toraja, Kanekes, hingga Jawa. Dari sekian banyak cerita tersebut, dan mengelompokkannya berdasar tema yang dibahas dalam mitos. Adapun ilustrasinya sebagai berikut: Mitos Etnik Tema Lautan atau G