Skip to main content

Yu Gah, Karangkendalan!

Suasana ziarah di Makam Syekh Magelung Sakti.
Dok. Pribadi
SALAH seorang saudara mengajakku Karangkendalan, sebuah istilah lokal untuk mengunjungi keramaian berbagai macam pedagang, dari mulai makanan, pakaian, aksesoris hingga perabotan, layaknya pasar malam super besar setiap selepas panen bulan Oktober, di Desa Karangkendal Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon.

Saban tahun, selama sebulan penuh di daerah ini selalu ramai dengan kegiatan perkulakan. Pengunjung keluar masuk tanpa pintu gerbang. Bahkan, banyak bertebaran arena hiburan anak-anak juga panggung hiburan seperti organ dangdut dan masres khas Cirebonan. Semuanya hadir di sana. Semua orang bisa datang ke sana dan menyaksikan panggung hiburan semaunya.

Tapi kalau mau membeli sesuatu, sebaiknya siapkan dompet karena para pedagang di sana menerapkan tarif mrema, istilah untuk harga yang dipatok lebih mahal dari biasanya. Bukan cuma barang dagangan, parkir yang dikelola pemuda sekitar pun ditarif dengan cukup mahal. Pernah tahun lalu, bersama istri saya datang ke Karangkendalan, dan benar saja parkir untuk motor ditarik Rp 5.000 ribu.

Meskipun demikian, sepanjang sejarahnya, Karangkendalan tak pernah sepi pengunjung. Sebab, orang-orang dari berbagai daerah datang dengan niat yang lebih transeden, tidak sekedar belanja-belanja. Mereka datang untuk mengenang perjuangan Syekh Magelung Sakti dalam menyebarkan agama Islam. Jiwa mereka ingin terlibat dan sebuah laku spiritual kolektif berupa ngunjung dan sedekah bumi.   

Bagi orang yang belum mengerti, mungkin Karangkendalan adalah sebuah arena menyalurkan hasrat, hasrat berbelanja dan hasrat hiburan (barangkali ada hasrat seksual yang tersublim di dalamnya). Tapi bagi orang yang mengerti, Karangkendalan adalah momen berharga untuk kembali meneguhkan diri pada rel keberagamaan dan keislaman yang diwariskan para pendahulu.

Warga di Desa Karangkendal dan dari daerah lainnya melakukan ritual ngunjungan dengan berziarah ke makam Syekh Magelung Sakti. Mereka bertawasul dan berdoa, lalu bersedekah dengan berbagai ritual simboliknya. Sedekah tersebut mewujud dalam sebuah ritual pemotongan kerbau dan penyerahan rujak wuni (sajen berupa kumpulan potongan semua bagian tubuh kerbau).

Selain pemotongan kerbau, sedekah masyarakat juga mewujud dalam bentuk penyerahan berkat. Berkat biasanya berisi ancak dan takir. Ancak berisi nasi putih lengkap dengan lauk pauknya seperti sambal goreng, acar mentimun, mie dan bihun serta ayam kampung ataupun telur. Sementara takir berisi jajanan tradisional atau jabur berupa dodol, tetel, juwadah, rengginang, wajik dan pisang. Tetapi jabur utamanya adalah dodol dan tetel (iwel-iwel atau geblog).

Sumber lokal mengatakan, dodol berwarna merah melambangkan nafsu amarah yang berpusat di telinga. Sedangkan tetel terdiri dari tiga warna yakni putih, hitam dan kuning. Tetel putih melambangkan nafsu muthmainnah yang berpusat di hati. Tetel hitam melambangkan nafsu luamah yang berpusat di perut, nafsu ini yang membuat manusia menjadi rakus dan serakah. Sedangkan tetel kuning melambangkan nafsu sufiyah yang berpusat di mata. Nafsu inilah yang menimbulkan birahi.

Sedekah dalam bentuk ratusan berkat tersebut dibuat dan diserahkan oleh masyarakat kepada tetua desa pengelola situs makam Syekh Magelung Sakti untuk kemudian dibagikan kembali kepada masyarakat di desa tersebut. Sedekah-sedekah itu berasal dari rakyat, dikelola oleh rakyat dan dibagikan untuk rakyat.

Bagaimana dengan para pengunjung dari luar Desa Karangkendal? Tenang saja, di setiap Karangkendalan, masyarakat sekitar selalu membuat dodol khas yang disebut dodol Karangkendal yang dibagikan secara gratis kepada siapapun yang datang ke Karangkendal saat momen tersebut. Konon, dodol berwarna coklat ini tidak boleh sengaja dibuat untuk dijual atau dikomersilkan. Dodol ini ada dan dibuat hanya untuk disedekahkan. Kearifan yang sudah mulai hilang di dunia yang semakin kapitalistik ini, bukan?  

Jadi, yu gah Karangkendalan! untuk beroleh karomah dan kearifan lokal yang semakin terkikis zaman.***

Comments

  1. Bolavita Adalah Agen Judi Online Indonesia yang berdiri sejak 2013. Situs Judi Online Terpercaya di Indonesia yang menyediakan berbagai jenis permainan yang sangat lengkap dan cukup populer di banyak kalangan pecinta judi online Di Indonesia.

    Tersedia :
    » Judi Bola Online / Sportsbook
    » Sabung Ayam ( Wala / Meron )
    » Casino Live ( Player / Banker )
    » Slot online ( Mesin Jackpot )
    » Togel Online ( Toto Online )
    » Bola Tangkas ( Tangkasnet / 88Tangkas )
    » Tembak Ikan ( Fishing Hunter )
    » Poker Online
    » Domino
    » Dan Masih Banyak Lainnya.

    Promo :
    ★ Bonus Deposit Pertama 10%
    ★ Bonus Deposit Setiap Hari 5%
    ★ Bonus Cashback Mingguan 5% - 10%
    ★ Bonus Referral 7% + 2%
    ★ Bonus Rollingan 0,5% + 0,7%
    ★ Bonus 100% Win Beruntun 8x, 9x, 10x

    Menerima :
    Judi Online Deposit Ovo
    Judi Online Deposit Gopay
    Judi Online Deposit Dana
    Judi Online Deposit Linkaja
    Judi Online Deposit Pulsa
    Judi Online Deposit Bank

    Link Pendaftaran »» Klik»» https://bit.ly/3b2Tnq7
    Kontak WhatsApp »» Klik»» Klik Link : https://bit.ly/aktif24jam
    Link Layanan Live Chat (24 Jam Online) »» Klik»» https://bit.ly/2VD8fER

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Syekh Magelung Disambut Ki Gede Karangkendal (3)

Gerbang menuju makam Ki Krayunan, yang dikenal dengan nama Ki Gede Karangkendal, Ki Tarsiman dan Buyut Selawe. Dok. Pribadi. ATAS perintah Sunan Gunung Jati, Syekh Magelung menuju ke arah utara, daerah Karangkendal.   Daerah Karangkendal saat itu bukan daerah kosong yang tidak ada penghuninya. Saat Syekh Magelung datang ke Karangkendal, di situ sudah ada pemukiman yang dipimpin oleh Ki Krayunan yang mendapat gelar Ki Gede Karangkendal.   Gelar tersebut bukan gelar yang diberikan rakyat melainkan sebuah gelar kepangkatan. Adapun tanda kepangkatannya sebagai Ki Gede Karangkendal adalah bareng sejodo / bareng jimat . Tanda kepangkatan tersebut diberikan langsung oleh Mbah Kuwu Cirebon kepadanya. Di daerah Karangkendal sendiri terdiri dari dua karang (tanah) yang dipisahkan oleh sebuah sungai kecil. Daerah sebelah utara disebut Karang Krayunan sementara daerah sebelah selatan disebut Karang Brai. Ki Gede Karangkendal disebut juga dengan nama Ki Krayunan karena menempati d

Pangeran dari Negeri Syam (1)

Petilasan Syekh Bentong dan Jaka Tawa. Dok: pribadi. ALKISAH , ada seorang pangeran dari Negeri Syam yang memiliki sebuah kesusahan, rambutnya tak bisa dipotong. Rambutnya terus tumbuh dan tumbuh hingga sang pangeran telah dewasa. Hal itu tentu menggelisahkan. Suatu hari, dalam sebuah kepasrahan total kepada Sang Pencipta, dia mendengar sebuah suara yang merasuk ke kalbunya. Suara halus itu mengisyaratkan kepadanya ada seseorang di Tanah Jawa yang bisa memotong rambutnya yang panjang tersebut. Sebuah kabar yang menggembirakan. Dia pun berangkat ke Jawa dengan membawa dua perahu besar. Perahu pertama membawa perbekalan seperti makanan dan minuman. Sementara perahu kedua membawa kitab suci Al-Quran dan kitab-kitab lainnya tentang agama Islam dari negerinya. Sebelum sampai ke Tanah Jawa, dia singgah di beberepa tempat diantaranya adalah daerah Cempa dan Wandan. Dari dua daerah tersebut dia membawa serta dua orang yang kelak menjadi orang kepercayaannya.

Para Murid Syekh Magelung (4)

Suasana sore hari di sekitar depok di dalam komplek Makam Syekh Magelung Sakti. Dok. Pribadi.  SEPENDEK yang penulis ketahui, banyak sekali murid yang pernah belajar di Pesantren Karang Brai. Akan tetapi, murid Syekh Magelung yang termashur diantaranya adalah Ki Jare/Ki Campa, Ki Tuding/Ki Wandan yang kuburannya dapat ditemukan di Desa Tegal Semaya Kecamatan Krangkeng Kabupaten Indramayu. Kemudian ada Raden Mantri Jayalaksana dari Desa Wanakersa (sekarang Desa Kertasura) Kecamatan Kapetakan Kabupaten Cirebon, Ki Braja Lintang (Ki Lintang) dari Rengasdengklok Karawang, Ki Buyut Tambangan, Ki Gede Ujung Anom, Ki Pati Waringin, Nyi Gede Manukan dan Ki Gede Tersana dari Kertasemaya, Kabupaten Indramayu. Di bawah ini adalah sebagian cerita rakyat mengenai beberapa murid Syekh Magelung sakti: