Petilasan Syekh Bentong dan Jaka Tawa. Dok: pribadi. |
Dia pun berangkat ke Jawa dengan
membawa dua perahu besar. Perahu pertama membawa perbekalan seperti makanan dan
minuman. Sementara perahu kedua membawa kitab suci Al-Quran dan kitab-kitab
lainnya tentang agama Islam dari negerinya. Sebelum sampai ke Tanah Jawa, dia
singgah di beberepa tempat diantaranya adalah daerah Cempa dan Wandan. Dari dua
daerah tersebut dia membawa serta dua orang yang kelak menjadi orang
kepercayaannya.
Setelah melalui pelayaran yang
melelahkan, Pangeran akhirnya tiba di Tanah Jawa. Perahunya berlabuh di sebuah
tanjung dekat sungai Kedung Pane, Cirebon. Di muara sungai tersebut, Pangeran
Syam bertemu dengan seorang tua bijak bernama Syekh Bentong. Kepada orang tua itulah
dia banyak belajar tentang tanah dan karakter masyarakat yang hidup di daerah
yang sedang dijejak kakinya tersebut.
Pangeran pun tak lupa
menceritakan maksud dan tujuannya datang ke Tanah Jawa. Dia ceritakan pula
pengalaman batinnya saat ada suara yang membimbingnya untuk pergi berlayar jauh
dari kampung halaman. Oleh Syekh Bentong, Pangeran dari Syam itu diarahkan
untuk berjalan ke arah selatan agar bisa bertemu dengan orang yang dimaksud.
Sang pengelana itu pun berjalan
ke arah yang dimaksud sambil terus bertanya kepada setiap orang yang
ditemuinya. Menanyakan tentang seseorang sakti mandraguna yang mampu memotong
rambutnya. Hingga dalam perjalanan itu dia bertemu dengan seorang tua berwibawa
yang pembawaannya berbeda dari orang biasa. Dia pun tak lelah untuk kembali menanyakan
tentang keberadaan seorang wali yang bisa memotong rambutnya.
Orang tua itu meminta Sang Pangeran
berputar dan membelakanginya agar bisa melihat rambutnya yang panjang itu. Benar
saja, rambutnya menjuntai hingga menyentuh tanah. Pada saat itulah, orang tua
yang tak lain adalah Sunan Gunung Jati itu memberikan julukan kepada Syarif
Syam, Magelung (rema digelung, arti: rambut yang digelung) kepada Pangeran Syam.
Membentuk kedua jarinya seperti gunting, Sunan Gunung Jati memotong rambut Si Magelung dengan begitu mudah. Ternyata, wali yang dimaksud oleh suara tanpa rupa yang mendatangi Si Magelung saat masih berada di Syam tidak lain adalah Sunan Gunung Jati yang kini berada di dekatnya.
Setelah merasa rambutnya
terpotong, Si Magelung pun sekejap membalikkan badan bermaksud menghadap hormat
kepada orang tua tadi. Aneh bin ajaib, orang tua tersebut sudah tidak berada di
tempatnya semula, dia menghilang dalam sekedipan mata. Si Magelung pun
penasaran mengenai sosok Sunan Gunung Jati dan berniat untuk menjadi muridnya.
Dengan tekad bulat, Pangeran dari Negeri Syam itu memutuskan untuk mencarinya, mengembara di daerah yang belum pernah
dia kenal sebelumnya: Cirebon.*** (bersambung)
Comments
Post a Comment