| Gerbang masuk Komplek Makam Syekh Magelung Sakti. Dok. Pribadi. |
KERAJAAN Cirebon
makin berkembang pesat dan makin besar pengaruhnya sebagai pusat penyebaran
agama Islam. Saat itu, yang menjadi raja adalah Sunan Gunung Jati sementara
Syarif Abdurrahman sebagai panglima pertahanan dan keamanan serta Mbah Kuwu
Cirebon sebagai pengayom atau pemayungnya.
Setelah Mbah Kuwu Cirebon berusia lanjut, dia pun bermaksud
untuk bersemedi untuk kemuliaan anak cucunya kelak. Posisinya sebagai Pemayung
Cirebon pun kosong. Melalui sidang dewan wali, akhirnya terpilihlah Syekh
Magelung Sakti sebagai Pemayung Cirebon pengganti Mbah Kuwu Cirebon dengan
gelar Syarif Wilayatullah.
Kedua utusan itu pun menunggu Syekh Magelung selesai shalat.
Akan tetapi, hingga keluar waktu shalat, Syekh Magelung tidak juga keluar. Saat
Ki Cempa dan kedua utusan itu memberikan salam hingga tiga kali, tidak
sedikitpun suara terdengar menyahut.
Ki Cempa pun akhirnya membuka pintu kamar tempat Syekh
Magelung Shalat dan didapati Syekh Magelung sudah tidak berada di tempat, hanya
ada dua gulungan tikar berjajar bekas tempatnya shalat.
Kedua utusan Cirebon itu pun memberitahu kejadian tersebut
kepada Sunan Gunung Jati. Kedua utusan itupun diperintahkan untuk kembali lagi
ke Karangkendal untuk memastikan kejadian sebenarnya. Ki Campa pun membuka
kembali pintu kamar Syekh Magelung.
Ternyata, kedua gulungan tadi kini berubah menjadi dua
kuburan berjajar. Maka, keramat Syekh
Magelung itu disebut bukan kuburan melainkan pesarean yang artinya tempat tidur Syekh Magelung Sakti. Konon, sampai
sekarang Syekh Magelung masih hidup.*** (Tamat)
Comments
Post a Comment