SAYA belum terlalu akrab dengan karya-karya Capra. Tapi membaca bukunya semakin
menguatkan keyakinan bahwa peradaban Barat meninggalkan retak-retak dalam
bangunan rasionalitas dan modernitasnya. Pemahaman alternatif ini penting
diketahui sebagai langkah awal untuk merajut asa menempatkan peradaban secara
setara. Peradaban satu tidak lebih unggul dibanding peradaban lainnya. Masing-masing
mempunyai karakter yang berbeda-beda, tidak ada lagi istilah maju-terbelakang,
beradab-biadab, modern-tradisional dan sebagainya.
….tetapi aristoteles sendiri meyakini bahwa pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan jiwa manusia dan kontemplasi kesempurnaan tuhan teramat berharga bila dibandingkan dengan penelitian mendalam terhadap dunia materi.” (hal. 9)
…dalam filsafat Rene Descartes yang mendasarkan pandangannya atas alam dengan pembagian fundamental dua wilayah terpisah dan independen, yakni pikiran (res cogitan) dan materi (res extensa). Pembagian Cartesian memungkinkan para ilmuwan untuk memperlakukan materi sebagai benda mati dan benar-benar terpisah dari diri mereka sendiri dan melihat dunia materi sebagai sejumlah besar objek berada yang terhimpun dalam sebuah mesin raksasa.” (hal. 10)
Uraian terkenal Descartes “cagito ergo sum” aku berfikir, maka aku ada, mengarahkan manusia barat untuk menyamakan identitasnya dengan pikirannya sebagai ganti dari seluruh organismenya. Konsekuensi dari pembagian Cartesian yang sangat individual itu adalah mereka menyadari diri mereka sendiri sebagai ego-ego yang terisolasi yang berada “di dalam” tubuh-tubuh mereka. (hal. 11)
Lingkungan alam diperlakukan seolah-olah ia terdiri dari bagian-bagian terpisah yang bisa dieksploitasi oleh kelompok-kelompok disiplin yang berbeda. Pandangan yang terfragmentasi itu makin meluas hingga menembus rahim masyarakat ke dalam golongan-golongan bangsa, ras, agama, dan politik yang saling bersebrangan….ia mengasingkan kita dari alam dan dari persaudaraan anatrsesama.” (hal. 11)
Tendensi kita untuk membagi dunia sadar ke dalam masalah-masalah individu dan hal-hal terpisah dan memberikan pengalaman kepada diri kita sendiri sebagai ego-ego terisolasi dalam dunia ini dianggap sebagai sebuah ilusi yang berasal dari mentalitas kita yang selalu dan melulu terukur dan terkategorisasi. Ia dinamakan avidya atau pengabaian dalam filsafat budha,dan dianggap sebagai hal dari sebuah pikiran yang terganggu: “Ketika pikiran terganggu, penggandaan masalah-masalah terproduksi, tetapi ketika pikiran itu tenang, penggandaan masalah-masalah itu hilang”. (hal. 12)
…karena itulah, oleh sebagain besar filsafat timur, secara essensial konsep penyatuan dan jaring sistem semesta menjadi filsafat religiusnya." (hal. 13)
Pengetahuan rasional berasal dari pengalaman yang kita punyai dengan objek-objek dan peristiwa-peristiwa dalam lingkungan keseharian kita. Ia adalah milik wilayah kekuatan pikiran yang memiliki fungsi untuk membeda, membagi, membandingkan, mengukur dan mengkategorikan. Dengan cara ini, sebuah dunia dengan keragaman intelektual tercipta, dan pertentangan-pertentangan dari keragaman hadir berada dalam relasi antara satu dengan lainnya; itulah kenapa para budhis menamakannya tipe pengetahuan relatif." (hal. 18-19)
Abstraksi, dengan demikian, menjadi satu gambaran krusial dari pengetahuan ini, karena itu, dengan maksud memperbandingkan dan mengklarifikasikan ragam yang luar bisa dari bentuk, struktur, dan fenomena-fenomena di alam sekitar yang menjadikan kita makin mampu menghitung setiap gambaran; yang menuntun kita pada satu sikap untuk menyeleksi mana kira-kira gambaran yang signifikan dan mana yang tidak. Setelah itu baru kita mengkonstruksi sebuah peta intelektual dari realitas yang di dalamnya benda-benda direduksi ke garis lingkaran pada umumnya. Pengetahun rasional merupakan satu sistem dari konsep-konsep dan simbol-simbol abstrak, dikarakterisasikan oleh struktur linier berikutnya yang merupakan karakteristik dari cara berbicara dan berfikir kita. Dalam sebagain besar bahasa. Struktur linier ini dieksplisitkan oleh penggunaan alfabet-alfabet yang memungkinkan terkomunikasikannya pengalaman dan pemikiran dalam garis-garis panjang tulisan." (hal. 18-19)
Di sisi lain, dunia alamiah merupakan satu dari ragam dan kompleksitas realitas yang tak terbatas, sebuah dunia multidimensi yang tidak lagi memiliki garis-garis lurus atau bentuk-bentuk yang benar-benar teratur di mana benda-benda tidak terjadi secara berturut-turut , namun secara serentak: sebuah dunia di mana-seperti yang terungkap dalam fisiska modern-bahkan ruang hampa pun terbelokkan." (hal. 18-19)
Jelasnya, sistem abstrak kita tentang berfikir konseptual tak pernah bisa mendeskripsikan atau memahami kenyataan ini seutuhnya. Dalam berfikir tentang dunia, kita berhadapan dengan sejenis masalah yang sama seperti ahli pembuat peta yang mencoba menutupi wajah lengkung bumi dengan sebaris peta sederhana. Barangkali, dari representasi procedural yang demikianlah harapan satu-satunya kita gantungkan; dan oleh sebab itu pengetahuan rasional perlu dibatasi." (hal. 18-19)
….bagian rasional dari riset, sebenarnya, akan tidak berguna bila ia tidak dilengkapi dengan intuisi yang memberikan para ilmuwan pemahaman-pemahaman baru dan menjadikan mereka kreatif.” (hal. 23)
Ilustrasi: http://unifiedtao-en.blogspot.com
Comments
Post a Comment