AKU sering mengajaknya ke pelabuhan. Melihat deburan ombak kecil, laut biru, dan kapal-kapal besi yang congkak. Sesekali terlihat juga para pemancing ikan. Tapi tak sekalipun aku lihat mereka mendapatkan tangkapan. Mungkin hanya membunuh waktu. Pemuda kurus terlihat sedang mengecat lambung kapal. Tak jauh dari sana, seorang gadis sedang mendayung kano. Matanya sesekali menatap pelatihnya yang sedari tadi teriak-teriak sambil mendekatkan kedua telapak tangannya ke mulut, membentuk sebuah corong. Aku sering membawanya ke pelabuhan. Di pesisir timur Kota Cirebon. Untuk sekadar melepas lelah dan membicarakan hal-hal yang tidak serius. Perempuan yang sekarang menjadi istriku itu senang sekali setiap kali aku ajak ke Pelabuhan. Angin sepoi-sepoi mengingatkannya pada kampung halaman. Bau air laut membawanya menerabas jarak, menemui Ibu, untuk kemudian memeluknya erat. Ke laut, dia melepas rindu pada tanah kelahiran. Sementara aku selalu terpukau oleh horizon. Ia...
Tutur tinular dari mulut ke mulut