Skip to main content

Posts

Dekolonisasi Pengetahuan: Catatan Diskusi Kokosan Bersama Bisri Effendi

Diadopsi dari cover buku Dekolonisasi Metodologi DI INDONESIA banyak sekali peneliti, dosen dan akademisi. Mereka menghasilkan karya ilmiah yang tidak sedikit. Tugas akhir kuliah, penelitian, buku, jurnal ilmiah dan lain-lain. Semua itu membentuk suatu ilmu dan pengetahuan tersendiri. Karena semua penciptanya adalah orang Indonesia, boleh kiranya jika kita sebut saja itu semua sebagai pengetahuan Indonesia. Pengetahuan Indonesia yang dihasilkan para ilmuwan Indonesia itu, sayangnya masih banyak yang fotokopian, alias hasil jiplakan atau plagiasi dari karya-karya lain. Ataupun kalau tidak, hasil penelitian itu memaksakan teori-teori dari luar. Peneliti hanya berlindung di balik teori-teori besar. Meski sebagian besar tidak klop, akan tetapi realitas di Indonesia tetap “dibaca” dengan teori tersebut. Alhasil, bukan ketersingkapan realitas yang didapat, tapi pemerkosaan realitas. Patron dari pengetahuan luar yang hadir juga dalam teori-teorinya sering memaksa ilmuwan untu...

Perang Kedongdong: Gerakan Perlawanan Rakyat Cirebon 1818

Ilustrasi perang, copyright:kebumen2013.com SELAMA ini, kebanyakan masyarakat Cirebon hanya mengetahui adanya Perang Diponegoro (1925-1930), Perang Padri (1803-1838) ataupun perang lainnya yang terjadi di daerah lain. Akan tetapi, jarang orang tahu bahwa rakyat Cirebon pernah melakukan perlawanan terhadap penjajah. Saya pun menelusuri peristiwa bersejarah yang puncaknya terjadi di tahun 1818 itu. Berbekal wawancara dengan beberapa narasumber dan data dari beberapa buku, inilah sekelumit sejarah Perang Kedongdong .  Perlawanan rakyat Cirebon terhadap penjajah terjadi karena Belanda menerapkan peraturan yang sewenang-wenang. Beberapa catatan menyebutkan, pemicu meletusnya perang tersebut adalah karena penangkapan Pangeran Raja Kanoman dan penerapan sistem landrente (pajak tanah) yang menyengsarakan rakyat. Seperti diketahui, pada tahun 1798, Sultan Anom IV wafat. Terjadilah pergolakan tentang penggantinya. Kompeni pun turut campur dalam menentukan penggantiny...

Gitar Pelog Cirebon

PADA jaman dulu, musik klasik menjadi primadona dan didengarkan semua orang. Musik ini sering disebut musik gamelan karena aneka bebunyiannya keluar dari seperangkat alat musik bernama gamelan. Seiring dengan perjalanan waktu, musik tersebut kehilangan pamor. Meskipun bagi penikmat yang loyal, musik klasik masih berada di hati, akan tetapi sekarang mereka sudah memasuki usia tua. Sementara anak-anak dan cucu-cucu mereka sudah sangat sedikit yang berminat menikmati apalagi memainkan alat musik klasik tersebut. Anak-anak muda sekarang lebih menggemari alat-alat musik modern daripada alat musik tradisional seperti gamelan. Pada akhirnya, musik klasik pun ikut tergerus seiring dengan semakin jarangnya anak muda yang mau dan mampu memainkan alat musik gamelan. Masalah itu ditangkap benar oleh Mahisa Windu Sagara. Putra asli Cirebon tersebut tergerak untuk menjembatani antara musik klasik dan alat musik gitar. Dengan berbekal pengetahuan musik 12 nada ( diatoni...

Memahami Ihwal Kelestarian Bahasa Cirebon

Kongres Basa Cerbon II MASIH teringat jelas waktu itu, Rabu 26 Juni 2013, saya berkesempatan mengikuti Kongres II Basa Cerbon di Hotel Prima. Itulah keberuntungan yang diperoleh seorang wartawan, keberuntungan yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Kalau tanpa identitas sebagai wartawan, saya sendiri tidak yakin bisa berkumpul dengan begitu banyak budayawan, intelektual, sejarawan dan pegiat kecirebonan, pegiat segala hal tentang Cirebon. Pada kesempatan tersebut, yang tidak mungkin terlupakan yakni saat saya bisa ngobrol langsung dengan Ajip Rosyidi, budayawan Sunda dan salah seorang intelektual yang dimiliki bangsa ini. Ajip yang sudah berumur 75 tahun tersebut hadir menjadi pembicara dalam acara tersebut. Sementara wartawan koran lokal Cirebon lain sibuk mencari panitia acara dan pejabat yang datang, saya bersama wartawan Kompas, Rini, lebih sudi untuk mewawancarai Ajip. Begitu mengucapkan salam dan dipersilakan duduk di sampingnya (Rini sebelah kan...

Masjid Jagabayan: Setia Menjaga Cirebon dari Mala dan Bahaya

Salah seorang tetua di Masjid Jagabayan, Sofwan Subrata. DICERITAKAN para tetua, setelah menjadi kerajaan yang cukup berpengaruh, Kesultanan Cirebon ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah, baik dari Jawa, Nusantara maupun dari mancanegara. Keraton Cirebon sebagai pusat pemerintahan pun pelan-pelan menjadi magnet bagi orang-orang, baik yang berkehendak baik maupun yang sebaliknya.  Banyak orang yang datang ke Cirebon untuk belajar mendalami Islam tapi tidak sedikit pula yang berniat menghancurkannya. Syahdan, diceritakan pula ada satu masjid kecil yang menjadi salah satu tempat untuk 'menyeleksi' tamu yang hendak masuk ke kompleks Keraton Cirebon. Masjid itu bernama Masjid Jagabayan.  Berdasarkan penuturan dari sesepuh Masjid Jagabayan, Sofwan Subrata, Jagabayan yang berarti 'menjaga bahaya' ini awalnya hanya nama dari sebuah tempat ibadah kecil yang kerap digunakan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) dan Mbah Kuwu Sangkan (Mbah Kuwu ...

Berkunjung ke Rumah Keluarga van Os

Oleh: Asih Widiyowati PAGI ini pagi cerah untuk memulai hari yang menyenangkan. Kicauan burung gereja di pematang sawah dan pancaran matahari pagi membuat suasana semakin menggairahkan. Seekor bunglon yang hinggap di dahan pohon jambu biji di depan kamar kosan pun seakan larut menyambut datangnya hari. Hari Selasa (8/4/2014), tepat sehari sebelum Pemilihan Umum Legislatif, setelah mandi dan menyelesaikan pekerjaan rumah, saya diajak suami untuk bertamasya ke Linggarjati, Kuningan. Selain untuk menghindar barang sejenak dari panasnya Cirebon di siang hari, di Linggarjati juga ada tempat berlibur yang cukup menarik. “Di Linggarjati kita akan berkunjung ke sebuah rumah tempat Perundingan Linggarjati dilakukan yang sekarang menjadi museum. Kita bisa belajar banyak sejarah bangsa di sana,” ajak suamiku.  Sontak saya menyambut gembira dan langsung mengiyakan ajakan tersebut. Saya sendiri mengetahui adanya Perjanjian Linggarjati hanya dari buku pelaja...